yogyakarta 21 september 2001
catatan buat seorang adik kecil
dengarkanlah adikku manis, dengarkan lah, dengarkan suara kokok ayam di kejauhan sana, dengarkan suara semilir angin menggoyang ketenangan daun-daun rumpun bambu. adik manis, pandangilah bulir-bulir padi yang mulai menguning di belakang rumah orang tua kita. nikmatilah pemandangan ini selagi masih bisa dan semuanya belum berubah.
adik kecilku, basahilah seluruh tubuhmu dengan sejuknya bulir-bulir embun pagi di dahan-dahan rumput ilalang, basuhlah mukamu dengannya. resapilah kesegaran yang di berikan kepadanya, sembari kamu menghisap kesegaran udara pagi di dusun kita.
adik kecilku, ketika bayang pohon mulai ada. dan mata indahmu mulai bisa memandang dunia. tersenyumlah pada mereka, terimalah semua keadaan ini dengan apa adanya, jangan pernah kamu berkeluh kesah, jangan kamu contok abangmu ini, adikku manis.
belajarlah melangkah pada sesuatu yang pasti adanya, gapailah mimpi-mimpimu dengan kebulatan tegad dan semangat. abang cuman bisa memberimu itu, abang hanya bisa memberimu semangat, selebihnya kamu cari sendiri. abang cuman memberimu cinta, sisanya kamu hayati sendiri. abang hanya bisa memberimu tawa, lain dari itu, kamu bisa mencarinya sendiri.
adikku manis, dunia ini amat teramat luas untuk kamu gapai dengan tangan mungilmu. tapi dunia ini juga amat teramat sempit ketika kamu menghayatinya dengan senyum manismu. dan dunia ini bisa kamu jadikan apapun, dengan kemauanmu. semuanya bisa kamu pelajari sendiri, adik cantikku.
belajarlah pada semua, pada kesedihan, pada kepedihan, dan juga pada segala macam caci maki. karena dari sanalah kamu akan menemukan arti apa itu hidup sebenarnya. ketika kamu mempelajari marah, kamu akan menemukan tawa di dalamnya. ketika kamu memungut kekecewaan, kamu akan menemukan cinta terselip di antaranya. pun ketika kamu menemukan yang lainnya, abang pasti ada di antara mereka.
--- niskala ---