Sebelumnya jangan lah kamu tertawa ataupun sinis sebelum membaca tulisaku ini yang memang hanya sebuag tulisan sampah yang tak berati sama sekali.
Itupun tidaklah menyurutkan niatku untuk meneruskan tulisanku ini, karena inilah ungkapan hati yang tak pernah terungkapkan walaupun pada angin sekalipun.
Kerinduan yang aku pendam dan juga rasa kangen yang aku rasakan tidaklah pernah tuntas sampai kapanpun ( semoga ), itu semua bukanlah rayuan semata tapi apa yang aku rasakan saat ini hanyalah kerinduan akanmu, yang aku sendiripun kerap kali tidak mengerti kenapa semua itu terjadi.
Sejak awal pertemuan maya itu, sejak itu pula bayangan semu mu selalu menari – nari dalam lubuk mataku, tak lekang dari ingatanku walaupun aku tak pernah mengenalmu secara visual. Tumpahan dan curahan kerinduanku tak pernah pula membuat dinding – dinding kamarku bosan untuk mendengarkanku, semilir anginpun tak pernah bosan untuk menyapu segenap anganku tentangmu, mengajarkan tentang kerinduan yang terpendam. Walau semua itu aku yakin hanyakah sebagian dari anganku saja. Aku tak pernah punya rasa keberanian untuk mengukapkanya padamu. Dan aku pun menyakini semua itu, yakin pada waktu yang suatu saat nanti pasti akan mengungkapkan semuanya padamu. Dan anggaplah tulisan ini hanya sebagian dari perjalanan waktu itu.
Aku tidak pernah iri pada keserasian merapi dan merbabu, aku tidak pernah peduli akan persengketaan air dan api, aku tidak pernah berani untuk mengungkapkan semua isi hati ku sendiri, aku anggap semua rasa yang ada hanyalah satu dari rangkaian mimpi indah, walaupun kamupun pernah bilang kalau kamu bukanlah mimpi tapi kamu sangatlah nyata. Aku hanya bisa bicara di belakang dinding-dinding kebisuan diri, aku bukanlah sastrawan yang pandai merangkai kata rayuan indah, aku juga bukanlah ilmuan yang bisa berteori muluk-muluk tentang makna cinta, karena aku adalah aku, yang hanya bisa menuliskan apa yang ada di dasar hatiku sendiri.
Kebisuan dinding-dinding kamarku kerap kali aku jadikan guru pembimbingku untuk mencoba mengetahui berapa besar rasa tololku dan juga seberapa besar rasa sombong yang aku miliki. Dalam segala kesempatan, kebisuan dinding-dinding kamarku sendiri yang menyampaikan pelajaran tentang betapa besarnya makna cinta yang sebenarnya, dan juga mengajarkan tentang segala hal yang ia tau, mengajarkan tentang makna kehidupan dalam kediamannya.
Aku tak pernah beranjak ataupun bosan dengan segala kepengapan yang ada di dalam kamarku sendiri, biarlah semua itu terjadi seiring dengan berjalannya waktu, aku suka dengan keadaan kamarku sendiri, dengan pengapnya, dengan segala macam kesunyiannya, ataupun dengan segala macam pernak-pernik yang berserakan tak teratur di lantai kamarku ini. Semua itu serasa menggambarkan segala sesuatu yang terjadi dalam hidupku.
Cinta bukan segalanya, itu yang pernah aku dengar entah dari siapa, tapi kamu bilang sebaliknya, bahwa cinta adalah segalanya bagimu, benar nie?, atau aku salah menafsirkannya, aku sentimentil, egois dan mau menang sendiri.
Dan aku katakan padamu nie lewat tulisan ini, walau aku ragu kamu baca atau tidak tulisanku ini, sampai saat ini, sisa hati yang aku miliki masih belum bisa aku ambil dari sisimu, sampai saat ini, walau aku sadar sepenuhnya itu hanya mimpi, tapi aku berharap mimpi itu suatu waktu nanti menjadi realita yang sebenarnya, walaupun aku sadari juga sepenuhnya memang kita ada di jalan yang amat berbeda. Dan aku mau juga kamu sadari itu. Dan akupun menyimpan rasa sayangmu itu dengan segenap perbedaan yang ada itu, seperti yang kamu bilang nie. Aku sayang kamu ....