Monday, November 29, 2004

Membuka deretan cerita masa lalu yang tersimpan dalam kumpulan surat-surat yang di tujukan padaku, menciptakan aliran emosi tersendiri, menimbulkan angan yang semula tercerai berai entah kemana, berkumpul menjadi satu, berputar pada pusaran yang tak sengaja tercipta olehnya.
Anganku terseret ke beberapa tahun silam ketika membaca tulisan tangan itu, ya memaksa aku atau tepatnya mengajak aku untuk mengingat betapa sangat berkenan di hati semua kejadian itu walaupun pada akhirnya aku dengan sangat munafiknya tidak mengakui semua itu. Tahun 1999 adalah awal dari semuanya? Entahlah, tapi dari rentetetan semua kejadian, yang aku ingat hanyalah insiden black fores (aku tersenyum untuk ini, entah untuk siapa), dan mungkin itulah awal dari semua awal kesalahan yang aku perbuat (dan aku juga tertawa untuk semua ketololanku sendiri), sudahlah, nanti aku ceritakan lagi (tiba-tiba aku sedih untuk semua kelakuanku padanya. Dan aku tau, kata maaf saja tidak cukup untuk semua itu, sungguh aku menyesal)

Saturday, November 20, 2004

Ajari aku agar bisa memahami hatimu. Ajari aku memahami keseluruhan dirimu. Ajari aku memahami apa yang terjadi antara kau dan aku. Aku senang bertemu denganmu, senang jadi temanmu, jadi orang yang kamu sayangi. jadi jangan pergi ya, (tapi tentu saja terserah kamu). Aku bakal sedih banget kalau kamu menjauh dariku. aku mau juga kalau kamu ikut membikin beres beberapa bagian hidupku. aku tak mau peduli pada tanggapan orang lain. yang penting kita saling menyayangi, biarpun taksaling memiliki. Jangan pergi yaa. Please...
hari ini aku merasa kehilangan kamu. sebenarnya sejak kamu pergi seteah kubilang aku bermain-main dengan cinta, aku merasa kosong. meski perasaan kosong itu sudah sering aku alami, tetapi tekanan yang jauh lebih tinggi terjadi saat kamu menjauh dariku...kenapa yaa?
malam inipun aku masih merasa kosong dan gelisah. barangkali benar katamu, aku gelisah karena khawatir. aku terlalu banyak berkelit ketika di nasihati. barangkali kamu benar lagi, aku tidak mampu mengelola emosiku, meski aku juga tidak pintar dalam hal intelegensi. aku juga sering terlalu sombong. padahal belum ada apa-apanya. itulah aku, barangkali, seorang "katak dalam tempurung", manusia kerdil yang tak pernah bisa memandang dunia yang lebih luas karena terlalu pendek dan sempit penglihatan. aduh, aku mengangenimu ( semoga yang ini tidak jadi ketergantungan).
tentang hidupku yang kacau balau, aku juga setuju denganmu. aku sering merasa sewajarnya begitulah hidupku..(bagus t)

Thursday, October 14, 2004

mengembara memahami makna cinta, mengurai kata di lautan jiwa, dihadapanmu aku tak bisa berdusta, mencintaimu adalah mencintai hidup ( lidahku bagai api, menghanguskan harapanmu, ada air jernih mengalir dari dua matamu, mana mungkin aku bisa memberimu ketenangan jiwa, sedang aku masih mencari lembah ketenangan jiwa)..[aw].

Sunday, October 10, 2004

o

Kalau alam semesta ini memang kebunku,
Maka manakala aku memandangnya,
Aku pun berdiri di pintu luar
Rumah yang namanya dunia maya

Thursday, September 30, 2004

nulis..nulis..nulis, kapan saya bisa nulis kayak dulu, sekedar menuliskan kata-kata yang tersimpan di hati, sekedar mengungkapkan apa yang terpendam, sedikit mencurahkan sesuatu yang tak pernah ada artinya di biarkan terpendam di dasar hati yang paling dalam, setidaknya untuk sedikit mengurangi suatu rasa yang tak begitu perlu di simpan-simpan sebagai archieves yang hanya memenuhi memori hati yang memang cuma berkapasitas sedikit ini, tapi waktu yang tak pernah bisa mengijinkan aku untuk sekedar menuliskannya di sini, sehingga aku dengan begitu saja, seakan-akan menghilang dari peredaran, padahal aku masih tetap di sini, di kedalaman hati yang sunyi, sendiri dalam kebekuan, terombang ambing oleh ganasnya kehidupan, yang memang aku ciptakan sendiri, sudahlah..

Thursday, July 15, 2004

menikmati sebatang rokok dengan sebotol teh buatan pabrik yang iklannya di mana-mana serasa bercumbu denganmu di atas kasur busa di kost anku dulu, tanpa rencana, tanpa pemikiran, tanpa niatan, mengalir bagaikan cairan teh yang aku hisap lewat batang sedotan yang diam tak pernah memprotes setiap hisapan yang ku lakukan untuk sekedar mengisi kekosongan dan kesepian yang kian memuncak yang melanda hari-hariku selepas dari kota jahanam itu. kota keindahan yang selalu membuai para penghuninya dengan segala macam kehidupan yang bisa dengan mudah di lakukan untuk sekedar memburu kesenangan atau malah memenuhi hasrat kehidupan yang kian mencekik leher karena semua sisi membutuhkan uang yang bisa di cari lewat apa saya, termasuk menjual diri, tapi cinta tak mungkin bisa di beli, itu kata saya, entah kata yang lainnya, karena saya tak punya ingatan, dan berfikir tanpa pikiran, mungkin

Tuesday, July 06, 2004

akhirnya saya menemukan dunia itu kembali, sungguh entah apa yang membuatnya bisa kembali seperti sedia kala, mungkin karena cinta, atau bisa juga karena yang lainnya, apapun alasannya, saya tetap bersyukur. dunia yang begitu lama kering, dunia yang begitu lama di landa kemarau panjang, sekarang mulai menumbuhkan tunas-tunas hijaunya kembali, beberapa saat yang lalu waktu saya tengok ladang itu, saya menemukan secercah kehidupan baru di sana.

akhirnya dunia yang selalu saya tunggu kembali manampakan tunas-tunas barunya, tersiram entah oleh apa, mungkin oleh sejuknya cinta kasih, atau juga bisa jadi hanya oleh guyuran air hujan semalam, yang tanpa permisi menyiram basah bumi pertiwi yang gersang dan panas ini.

akhirnya dunia itu kembali, walau telah melupakan segalanya, tapi apapun alasannya, teruslah berkembang dalam nyanyian kebahagiaan, nyanyian sunyi kerinduan yang terkadang membuat saya tak bis aberanjak dari padanya.

Wednesday, June 09, 2004

dan di saat ramaipun, hatiku tetap kesepian
bila malam menjelang, tubuhku mengejang
darah di nadiku bergetar
dan desiran nafasku memburu tak menentu
aku semakin terpuruk dalam hidup
tapi aku masih hidup

Wednesday, May 19, 2004

selagi aku belajar mengeja tubuhmy
tubuhku mati

kulihat tuhan tak berani mengetuk pintu
@o.rusmini_96

Friday, March 26, 2004

sebuah cerita tentang sepenggal kisah yang tersisa
tercecer dalam sebuah wadah penantian yang percuma
merindukan bulan walau cuma tinggal setengah
teringat kisah tiga seperempat purnama

gelap langit gambaran nasib
iringan awan tarian memuakan
celoteh gagak bukan lagi ungkapan kerinduan
sedang bangkai haturkan keharuman

cinta bukan sekedar lelehan peluh semata
kerinduan gejolak jiwa yang terbebaskan
rintihan panjang tanda kepuasan
ceceran cinta di peraduan

tanpa beban lepaskan perkara
aku terdiam
aku terbisu
menyaksikan semua terus berlalu

awal maret 2004

aku berjalan di tepian jurang kehancuran, melangkah setapak demi setapak untuk sekedar menyusuri tepian jurang ini sembrai memandang sisi-sisi kehancuran yang terlihat dari tepian jurang ini. sungguh tanpa hambatan sedikitpun aku temui di sisi jurang ini, sementara di sisi jurang sebelah sana orang berbondong-bondong menjauhi bibir jurang untuk mengejar sisa-sisa pancaran matahari harapan yang tenggelam di telan mega-mega yang semakin menghitam, dan aku dari sisi yang lainnya, seorang diri berjalan sembari melihat apa yang sedang mereka lakukan dengan sesekali menengok seberapa dalam kehancuran yang ternganga di kegelapan jurang di sisiku sendiri.
aku terus berjalan menyusuri kesepian tepian jurang kehancuran ini, dengan sesekali mengulurkan tangan kedalam jurang, untuk sekedar menyapa beberapa orang yang sedang bertapa di sana, orang-orang yang sama denganku, yang dahulupun mereka cuma berjalan di sisi jurang ini, dan akhirnya ada di antara mereka terpeleset jatuh, di paksa jatuh dan dijatuhkan, atau bahkan ada juga di antara mereka yang tanpa sadar justru menjatuhkan diri mereka sendiri ke dalam kegelapan jurang itu sendiri, sedang aku masih seperti biasanya, berjalan seorang diri di tepian jurang ini dengan sesekali melambaikan tangan ke sisi jurang yang lainnya untuk sekedar mencari teman dalam kesepian yang aku sendiri tidak pernah tahu bagaimana bentuk yang sebenarnya itu.
aku berhenti di sebuah tikungan kecil di salah satu pojokan dari jurang yang teramat gelap dan salam itu, tapi masih berada di sisinya tentu saja. aku ambil bangku dan duduk di sana, tentu saja sendirian dan hanya di temani sahabat karibku yangtak pernah bermimpi utuk tega meninggalkanku kesepian dalam kesendirian, dan aku bercengkrama dengan kesunyian menyanyikan kesepian dan cinta yang tak pernah ada habisnya tapi belum pernah aku temukan bentuknya itu, dan aku pun tertawa sesekali untuk sekedar melolongkan suara hati yang tak pernah sepi dari buaian angan akan cinta yang tentu saja aku belum pernah sekalipun berjumpa ataupun sekedar berkenalan dengannya, dengan cinta tentu saja.
aku semakin larut di dalam perhentianku itu, orang-orang mulai berkumpul di tepian jurang itu, tapi aku berusaha membubarkan mereka, bukan apa-apa, aku takut terdorong ke dalam jurang itu, bukan, sebenarnya bukan takut, atau ya, ya aku memang takut, aku belum hancur, aku ada di tepian, bukan di dalam, dan aku berada di sini bukan untuk terpeleset ke dalamnya, aku cuma mau menemani mereka yang ada di dalam dan sesekali mengulurkan tangan buat mereka untuk sekedar merasakan kehangatan cinta kasih yang belum lagi aku temukan bentuknya tapi aku bisa berkata bahwa aku jatuh cinta pada kesepian yang membuatku seakan-akan atau mungkin memang sebenarnya aku gila, ya, aku gila akan cinta, gila.

bau lumpur
deru air
tangan menggapai
dan nafaspun tersengal
untuk sekedar bertahan hidup
dalam kepungan banjir desaku

tanggul jebol
jembatan ambruk
rumah runtuh

jerit tolong tiada arti
bantuan datang setelah banyak yang mati
segala macam caci sudah tak berarti
dan segala asa hanya terlontar di dalam hati

hidup atau mati
sekedar pilihan yang di sisahkan
dan sepertinya mutlak di paksakan
jadi apa artinya sebuah pilihan?

Monday, March 22, 2004

aku kabarkan pada kalian semua bahwa sawah-sawah di kampungku sudah mulai panen padi, butiran padi yang menguning padat berisi sudah mulai di sabit dan menerima pinangan tangan para petani yang giat dan rajin merawat mereka sepanjang musim tanan kemaren, semangat cinta kasih yang terus bergelora tanpa kenal lelah untuk kemudian berbaur dalam tawa di saat panen tiba, cinta yang tumbuh dalam sepinya sawah-sawah mereka dan terus tumbuh seiring dengan berjalannya waktu, tanpa pernah beranjak dari tempat dia memulai dan mengakhiri segalanya.
dulu aku sering berduaan dengan adikku di pematang-pematang sawah, berdua memandangi sawah-sawah desaku yang subur makmur, tak bosan-bosannya memandangi hijaunya padi yang baru di semai oleh para petani yang rajin itu. dulu adikku paling suka berkejaran dengan capung-capung sawah, terkadang dia menyelipkan bunga padi di antara rambutnya yang hitam tergerai, sungguh kenangan yang indah.
dulu adikku paling suka duduk di bawah pohon mangga yang ada di pinggir pematang sawah sambil menuliskan beberapa puisi yang indah, menyatukan diri dalam kesepian sawah-sawah desaku untuk sekedar menyerap segala kekuatan imajinasi yang di suguhkan salam kesepian itu sendiri.
tapi itu cuma sepengal cerita yang entah kapan di mulainya, juga aku sendiri tidak bisa memastikan kapan semua keceriaan itu berakhir dengan sendirinya, yang aku ingat mungkin sekitaran tengah tahun pada dua tahun yang lalu segala keceriaan itu pudar dengan perlahan, berawal ketika adikku di saat menyendiri di tengah pematang sawah di pagi hari yang cerita terkena gigit ular berbisa yang biasa menemani dia dalam kesendirian.
pada awalnya adikku begitu akrab dengan ular itu dalam impian dia, sering dia menceritakan padaku betapa baik ular belang yang dia kenal lewat mimpi tengah malam itu, mereka saling bercerita dan saling mencinta tapi hanya dalam mimpi saja, sampai pada suatu ketika adikku bercerita bahwa ular itu berjanji akan menemuinya di pematang sawah tempat biasa dia menemui adikku di dalam mimpinya. dan tentu saja adikku dengan semangatnya menceritakan semua itu kepadaku, sungguh bahagianya memandang wajah adikku saat itu, penuh pancaran cinta kasih dan kerinduan yang amat sangat tulusnya.
waktu aku bilang dia harus hati-hati dengan berbagai macam ular dengan segala bentuk nya itu, dia cuma merengut dan bilang kalau aku hanya cemburu pada ular kekasih dia itu, padahal sungguh aku tidak pernah mempunyai perasaan itu, aku cuma takut adikku tersakiti, karena bagaimanapun aku sangat-sangat menyayangi adikku yang semata wayang itu.
akhirnya segala apa yang aku takutkan itupun terjadi, ular yang dia begitu-begitu rindukan dalam hayalnya, walau pada awal pertemuan mereka menunjukan betapa-betapa sangat-sangat menunjukan wajah cintakasihnya pada adikku, akhirnya melilit, menggigit dan mencabik-cabik seluruh cinta kasih yang adikku punyai, dengan bisanya di sakitinya adikku, dengan mulutnya, dilumatnya mulut adikku, dengan tubuhnya, di tindihnya adikku, dan dengan segala macam suara desisnya, di buainya adikku, dan setelah itu dia pergi begitu saja setelah adikku tergeletak tanpa daya di pematang itu sendirian, itu hampir dua tahun yang lalu berlalu, dan adikku masih terkapar tak berdaya, walau adikku masih sangat-sangat merindukan ular itu untuk kembali, walau itu tak mungkin terjadi, atau hanya sang waktu yang akan memberikan belas kasih, hingga ular itu suatu saat nanti bisa kembali dengan segala cinta kasih atau mungkin dengan segala bisa dia yang telah terbaharui. entahlah, aku hanya menuliskan kisah ini untuk sekedar menghilangkan kesepian dan untuk menghibur para petani yang rajin dalam manuai padi, agar hati-hati, yah, hati-hati.

Friday, March 05, 2004

aih..aih lama jg saya gak menulis, karena saya bingung mau menuliskan apa, sekedar memberi kabar pun saya tidak bisa, uhmm...dunia memang sudah berubah, kehidupanpun semakin jauh di jalani, melangkah semakin mendaki, dan puncak gunung yang sepi menjadi bagian dari hari-hariku saat ini, tapi aku masih HIDUP

Friday, January 02, 2004

Doa, ya saya membutuhkan doa mu untukku, terlalu bodoh kalau aku masih juga tak mau berdoa padaMu, terlalu bodoh pula kalau aku tanyakan kenapa keadaanku semakin memburuk, bukan, itu bukan salahMu, sewajarnyalah itu semua secara nyata adalah ekses dari semua kesalahan-kesalahan yang aku perbuat dahulu, sadar atau tidak, dan harus mau kalau memang aku banyak melakukan kesalahan-kesalahan.

memandangi langit malam, akankah seperti itu pula kehidupanku kedepan? siapa yang mau? tentu tidak pernah ada orang yang bercita-cita hidup dalam kekelaman, tapi aku sendiri kadang tak mau tau bahwa semua yang aku perbuat hari ini mempengaruhi juga apa yang akan aku peroleh besok pagi. wajar dan memang seharusnya harus begitu.

Thursday, January 01, 2004

Awal tahun 2004 di hari pertama di mulai dengan mendungnya langit sepanjang awal tahun ini, hujan mengguyur kotaku dengan begitu fantastisnya, sungguh karunia tak terhingga. kata orang, hujan itu adalah berkah, semoga aja di tahun ini kita semua mendapatkan beribu berkah dan hebatnya lagi, inilah tahun pertama saya ada di rumah dan tidak melakukan aktifitas apa-apa, malam tahun baru pertama yang BEBAS AROMA ALKOHOL. selamat datang tahun 2004, semoga aku bisa lebih berkarya di tahun ini.amien

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Top Web Hosting | manhattan lasik | websites for accountants