Jika ku bertanya, "Dimanakah dia ?",
maka dia menjawab "Dia disana menunggumu".
Lalu dengan tak pasti ku bertanya kembali, "Dimana dia sesungguhnya ?",
Kemudian dia menjawab "Dia disana, tapi tak tahu persis dimana".
"Bagaimana kabarnya ?" ku bertanya,
"Dia baik-baik saja" jawabnya yang lalu berbalik membelakangi.
Kujawab "Oh, Sukurlah kalau begitu".
Telah lama tak kudengar kabarnya,
Sentuhan lembut surat-surat merdu yang dulu,
tak pernah kuterima lagi, entah kemana dia.
Suara merdu yang dulu masih selalu kutunggu tiap minggu,
kini hanyut dengan bunyi detak keraguan hati, entahlah.
Dalam hati ku bertanya "Kenapa ?",
teman-temanku selalu bilang.."Sudah, waktu telah berlalu".
Kadang ku jawab lemas "Iya, aku tahu".
Orang bilang.. "Lautan kuseberangi, Gunung kan kudaki, untukmu".
Dulu, Aku bilang..
"Mati tenggelam di lautan, mati jatuh ke jurang, kutempuh hanya untukmu"
Ku bersumpah seribu janji, bahkan mati demi hati cintamu.
Sekarang, kan ku akan bilang…..aku kehilangan kamu
**dari sisipin cacatan harian di bulan agustus 2000**
maka dia menjawab "Dia disana menunggumu".
Lalu dengan tak pasti ku bertanya kembali, "Dimana dia sesungguhnya ?",
Kemudian dia menjawab "Dia disana, tapi tak tahu persis dimana".
"Bagaimana kabarnya ?" ku bertanya,
"Dia baik-baik saja" jawabnya yang lalu berbalik membelakangi.
Kujawab "Oh, Sukurlah kalau begitu".
Telah lama tak kudengar kabarnya,
Sentuhan lembut surat-surat merdu yang dulu,
tak pernah kuterima lagi, entah kemana dia.
Suara merdu yang dulu masih selalu kutunggu tiap minggu,
kini hanyut dengan bunyi detak keraguan hati, entahlah.
Dalam hati ku bertanya "Kenapa ?",
teman-temanku selalu bilang.."Sudah, waktu telah berlalu".
Kadang ku jawab lemas "Iya, aku tahu".
Orang bilang.. "Lautan kuseberangi, Gunung kan kudaki, untukmu".
Dulu, Aku bilang..
"Mati tenggelam di lautan, mati jatuh ke jurang, kutempuh hanya untukmu"
Ku bersumpah seribu janji, bahkan mati demi hati cintamu.
Sekarang, kan ku akan bilang…..aku kehilangan kamu
**dari sisipin cacatan harian di bulan agustus 2000**