dia mau pulang...dia mau pulang...dia mau pulang, aku dengar desas desus itu di seantero hutan kawasan kami biasa bermain, sebuah hutan lindung yang sedang di rambah kegundulan, padahal dulu masih aku ingat, kawasan hutan ini begitu subur dan makmur, tapi itu cerita lama, ketika raja di hutan ini masih berkuasa dan sekarang telah di gulingkan, katanya sih dari desas desus yang beredar secara luas, konon raja yang dulu itu banyak melakukan korupsi tanpa rakyatnya tau, aku sendiripun tidak mengerti cerita yang sebenernya, yang aku tau, pada waktu itu aku masih kecil, masih belum mempunyai sayap buat terbang dan aku rasakan betapa makmurnya hutan ini dahulu, tapi sudahlah itu hanya sebuah cerita lama.
oh iyah, kita kembali ke desas desus yang sedang santer di bicarakan orang. ini mengenai sahabat kecilku dulu. kami dulu besar bersama di hutan ini walau kemudian nasib jualah yang membedakan jalan hidup kami. dia seekor merpati hutan yang sangat anggun, dulu kami ada di satu wilayan di bagian hutan ini yang sekarang wilayan itu sudah penuh sesak oleh pemukiman penduduk, katanya seh transmigran yang di tempatkan pemerintah mereka di hutan ini, entahlah, kami sendiri enggak mengerti, yang kami tau hanyalah rumah kami terus tergusur oleh para manusia. oh iyah, sahabatku itu pergi dari hutan ini waktu hiruk pikuk demo untuk menurunkan raja yang lalu, dia terbang ke hutan di negeri seberang, jauh, kata kabar yang dia sampaikan melalui angin sahabatku, " tapi di negeri ini hidup semuanya teratur" itu yang dia sampaikan, aku membayangkan, betapa enaknya hidup di sebuah hutan yang masih tumbuh menghijau, tidak seperti di sini, setiap hari kamu selalu saja di kejutkan oleh tumbangnya ratusan atau bahkan ribuan pohon tempat kami membuat sarang.
"aku akan pulang ke hutan kita" itu bisikmu melalui sahabat tercinta kita, memang angin adalah sahabat kita yang paling setia, dia yang selalu mengantarkan dan menyampaikan semua kabar baik dari aku untuknya atau darinya untukku,"tapi aku masih ragu, apakah hutan kita masih bisa aku tempati" gumanmu, ah..entahlah akupun sudah tidak yakin, apakah ketika kamu pulang nanti hutan ini masih tersisa ataukah nanti sudah habis di babad para manusia sinting itu. "aku juga ragu dengan para pemimpin kita, kadang aku berfikir untuk tidak pernah balik lagi ke rumah" ucapmu sedih, ah, kamu mengingatkan aku akan adik kecilku yang entah sekarang sedang menjelajah hutan yang mana, dulu juga dia merantau pergi ke negeri seberang, dan pulang dengan kebanggaan, tapi dia di kecewakan oleh kekasihnya, entahlah, dia sudah tidak betah tinggal di rumah sekarang"aku mau kehidupan yang nyata" itu kata-kata terakhir yang dia lontarkan waktu itu. dan sekarang dia meninggakanku seorang diri disini. aku tau dia kecewa, tapi itu adalah pilihan dia, aku tidak bisa berbuat apa-apa..sudahlah, kita kembali ke temanku itu,
kadang aku suka berhayal mengenai dia, apa dia masih seperti yang dulu, seekor dara hutan yang anggun, ataukah dia sudah menemukan apa yang dia cari, aku cuman menunggu kepulangan dia, mendengar cerita dia tentang kabar negeri seberang itu, langsung dari mulut mungil dia, bukan oleh perantaraan angin yang selama ini selalu membawa kabar darinya.
yaa dia pasti pulang, aku cuma menunggu dari atas pohon jati satu-satunya di hutan ini, dari sebuah dahan kering di puncak pohon ini, aku berdoa, semoga ketika kamu pulang nanti pohon ini masih ada di tempatnya, ini tempat perjanjian kita dahulu sebelum kita berpisah. semoga....
oh iyah, kita kembali ke desas desus yang sedang santer di bicarakan orang. ini mengenai sahabat kecilku dulu. kami dulu besar bersama di hutan ini walau kemudian nasib jualah yang membedakan jalan hidup kami. dia seekor merpati hutan yang sangat anggun, dulu kami ada di satu wilayan di bagian hutan ini yang sekarang wilayan itu sudah penuh sesak oleh pemukiman penduduk, katanya seh transmigran yang di tempatkan pemerintah mereka di hutan ini, entahlah, kami sendiri enggak mengerti, yang kami tau hanyalah rumah kami terus tergusur oleh para manusia. oh iyah, sahabatku itu pergi dari hutan ini waktu hiruk pikuk demo untuk menurunkan raja yang lalu, dia terbang ke hutan di negeri seberang, jauh, kata kabar yang dia sampaikan melalui angin sahabatku, " tapi di negeri ini hidup semuanya teratur" itu yang dia sampaikan, aku membayangkan, betapa enaknya hidup di sebuah hutan yang masih tumbuh menghijau, tidak seperti di sini, setiap hari kamu selalu saja di kejutkan oleh tumbangnya ratusan atau bahkan ribuan pohon tempat kami membuat sarang.
"aku akan pulang ke hutan kita" itu bisikmu melalui sahabat tercinta kita, memang angin adalah sahabat kita yang paling setia, dia yang selalu mengantarkan dan menyampaikan semua kabar baik dari aku untuknya atau darinya untukku,"tapi aku masih ragu, apakah hutan kita masih bisa aku tempati" gumanmu, ah..entahlah akupun sudah tidak yakin, apakah ketika kamu pulang nanti hutan ini masih tersisa ataukah nanti sudah habis di babad para manusia sinting itu. "aku juga ragu dengan para pemimpin kita, kadang aku berfikir untuk tidak pernah balik lagi ke rumah" ucapmu sedih, ah, kamu mengingatkan aku akan adik kecilku yang entah sekarang sedang menjelajah hutan yang mana, dulu juga dia merantau pergi ke negeri seberang, dan pulang dengan kebanggaan, tapi dia di kecewakan oleh kekasihnya, entahlah, dia sudah tidak betah tinggal di rumah sekarang"aku mau kehidupan yang nyata" itu kata-kata terakhir yang dia lontarkan waktu itu. dan sekarang dia meninggakanku seorang diri disini. aku tau dia kecewa, tapi itu adalah pilihan dia, aku tidak bisa berbuat apa-apa..sudahlah, kita kembali ke temanku itu,
kadang aku suka berhayal mengenai dia, apa dia masih seperti yang dulu, seekor dara hutan yang anggun, ataukah dia sudah menemukan apa yang dia cari, aku cuman menunggu kepulangan dia, mendengar cerita dia tentang kabar negeri seberang itu, langsung dari mulut mungil dia, bukan oleh perantaraan angin yang selama ini selalu membawa kabar darinya.
yaa dia pasti pulang, aku cuma menunggu dari atas pohon jati satu-satunya di hutan ini, dari sebuah dahan kering di puncak pohon ini, aku berdoa, semoga ketika kamu pulang nanti pohon ini masih ada di tempatnya, ini tempat perjanjian kita dahulu sebelum kita berpisah. semoga....